Dalam dunia arsitektur dan konstruksi, ada sebuah istilah yaitu bronjong. Bronjong atau biasa disebut juga sebagai gabion ini merupakan sebuah konstruksi dasar untuk sebuah bangunan atau tanggul. Di area tepi sungai, kamu pasti sering menemukannya. Bahkan bisa jadi rumah yang kamu huni saat ini pun menggunakan bronjong.
Masih belum akrab dengan istilah bronjong ini? Kalau begitu langsung saja simak pembahasannya berikut ini!
Bronjong adalah anyaman kawat baja yang dilapisi dengan seng atau galvanis. Anyaman kawat baja ini membentuk sebuah kotak atau balok. Bagian dalamnya diisi dengan batu-batu berukuran besar untuk mencegah erosi. Biasanya dipasang pada area tebing atau tepi sungai yang menjalani pekerjaan normalisasi serta untuk mengatasi gerusan akibat arus sungai. Karena kekuatan kawat baja ini cukup tinggi, maka untuk menganyam dan membentuknya membutuhkan tenaga mesin.
Anyaman kawat baja ini dibuat dengan teknik lilitan ganda yang membentuk lubang-lubang berbentuk segi enam. Anyaman ini diikat secara kuat di antara sisi-sisinya sehingga tidak mudah terurai. Ikatan anyaman inilah yang membuat bronjong mampu menahan tanah sehingga tidak terjadi longsor atau erosi. Kawat yang digunakan berbahan baja berlapis galvanis sehingga kawat tidak mudah berkarat.
Fungsi bronjong di antaranya adalah melindungi dan memperkuat struktur tanah di sekitar tebing agar tidak terjadi longsor, tepi sungai, dan tepi tanggul. Bronjong juga bisa digunakan sebagai pembentuk bendungan untuk meningkatkan volume air sungai.
Bagian tepi sungai bisa mengalami erosi akibat arus sungai yang deras dan terus-menerus terjadi. Di sini, bronjong akan berfungsi sebagai penjaga area tepi sungai dari arus sungai sehingga bantaran sungai tidak akan mudah hancur.
Pada umumnya kawat yang digunakan adalah kawat baja berlapis galvanis, namun ada juga kawat jenis lain yang digunakan untuk bronjong. Yuk, pahami kawat bronjong melalui penjelasan berikut!
Kawat yang berlapis galvanis ini memiliki bahan anti karat. Bahannya menyerupai krom sehingga akan kuat menahan erosi. Kawat lainnya adalah kawat yang terbuat dari bahan PVC. Kawat ini dilapisi dengan bahan semi plastik pada bagian luarnya sehingga terlihat lebih menarik dan bisa menambah nilai estetika.
Dibandingkan dengan kawat berlapis galvanis, kawat yang terbuat dari bahan PVC ini jauh lebih unggul. Selain warnanya yang lebih menarik, kawat ini memiliki 2 lapisan sehingga lebih kuat dari kawat berlapis galvanis. Selain itu, ketahanan terhadap karat dan kadar asam pun cukup tinggi sehingga cocok untuk dibangun di tepi laut dan awet dalam waktu yang cukup lama. Sama halnya seperti saat ingin memilih jenis batu batapada bangunan, pemilihan bahan kawat pun menjadi sangat penting.
Saat ingin memilih kawat untuk membuat bronjong, kamu bisa menggunakan kawat yang dipabrikasi menggunakan mesin dengan bahan kawat Standard Nasional Indonesia atau SNI supaya kualitasnya terjaga. Ukuran kawat, ukuran anyaman, jenis lilitan, dan jenis kawatnya juga bisa kamu sesuaikan dengan kebutuhan.
Kekuatan Bronjong
Pada dasarnya kawat bronjong sangat kuat, namun kekuatannya ini bisa juga berkurang karena pengaruh oleh keadaan sekitar. Misalnya saja untuk bronjong yang dipasang di tepi sungai, jika ada sampah-sampah kecil yang masuk ke dalam bronjong bersama dengan air sungai, tentu kekuatannya akan berkurang dan akan lebih mudah rusak. Arus sungai yang deras juga bisa mengikis batu-batu pengisi bronjong. Cara pemasangan dan pemeliharaan bronjong itu sendiri juga bisa mempengaruhi kekuatannya.
Kawat bronjong ada yang berukuran tebal sehingga harus dianyam menggunakan mesin dan ada juga kawat yang berukuran sedang sehingga masih bisa dianyam menggunakan tangan. Kawat yang bisa dianyam menggunakan tangan ini memiliki ketebalan 2,7 mm dengan tepian 3,4 mm. Kawat ukuran ini adalah yang paling sering digunakan untuk membangun rumah.
Keunggulan Bronjong
Dibandingkan dengan konstruksi penahan lainnya seperti yang terbuat dari beton, bronjong memiliki beberapa keunggulan tersendiri. Pertama, bronjong bersifat fleksibel sehingga bisa mengikuti pergerakan tanah yang ada di bawahnya tanpa harus merusak konstruksi dasar.
Kedua, tumpukan batu-batu di dalam bronjong ini memungkinkan air untuk mengalir di sela-selanya sehingga tekanan tanah akan berkurang dan mengurangi resiko tanah longsor. Khususnya untuk bangunan yang berada di sekitar tebing. Ketiga, harga bronjong jauh lebih ekonomis dibandingkan dengan penahan dari beton. Kawatnya mudah didapatkan, begitu juga dengan batu-batu pengisinya. Harga yang ekonomis ini juga dipengaruhi oleh teknik pembuatan dan biaya pengiriman karena bobot kawat sangat ringan dibandingkan dengan beton.
Keunggulan berikutnya adalah bentuknya yang sederhana bisa dikerjakan tanpa menggunakan mesin berteknologi tinggi, cukup alat-alat pertukangan sederhana seperti tang dan keahlian tangan para tukang. Bobot dari kawatnya pun terbilang ringan sehingga mudah dibawa ke mana saja melalui medan apa pun.
Selain itu, kawat yang mudah dibentuk membuatnya lebih mudah diterapkan di mana saja dalam bentuk apa pun. Dibentuk lurus atau melingkar, tidak masalah. Ukurannya bisa disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Terakhir dan yang paling penting, bronjong sangat ramah lingkungan karena batu alam yang digunakan sebagai bahan utamanya.
Kekurangan Bronjong
Di dunia ini tidak ada satu hal pun yang sempurna, termasuk bronjong. Kekurangan bronjong adalah jika menggunakan kawat yang berbahan baja berlapis galvanis, maka bronjong tidak cocok untuk digunakan pada area yang memiliki air dengan kadar garam tinggi atau kadar asam tinggi seperti tepi laut. Kekurangan berikutnya adalah konstruksi bronjong yang terkadang harus dibuat di lahan yang berukuran lebar karena jika dibuat dalam ukuran kecil, seringkali bronjong tidak bisa berfungsi untuk menahan longsor atau erosi dengan baik.
Bronjong Di Era Modern
Jika dulu bronjong dikenal sebagai pencegah longsor dan erosi, kini kehadiran bronjong dimanfaatkan sebagai dekorasi dari bagian bangunan. Bronjong bisa tampil apa adanya atau dimodifikasi. Sebagai modifkasi, bronjong bisa saja mengganti batu biasa menjadi batu warna-warni atau memilih batu dengan bentuk yang unik.
Kawat bronjong pun bisa diganti menggunakan kawat biasa yang terlihat lebih mengkilap atau memiliki warna tertentu. Motif anyaman lubang hexagon pun bisa diganti dengan motif kotak-kotak, segitiga, dan masih banyak lagi.
Beberapa dekorasi yang bisa kamu buat dengan menerapkan konsep bronjong ini di antaranya adalah pagar atau dinding untuk rumah. Kamu bisa juga membuat sebuah partisi berukuran rendah area luar ruangan.
Tidak kalah menarik, cobalah membuat satu set meja dan kursi ala bronjong dengan bagian atasnya diberi permukaan halus yang nyaman diduduki. Furnitur ini sangat cocok diletakkan di taman karena tahan dari tetesan air hujan dan sinar matahari, berbeda dengan furnitur dari kulit, kayu atau busa yang mudah rusak jika diletakkan di luar ruangan.
Sumber : Dekoruma